kalimat penghujung air mata
Semoga, disaat kamu membacanya. Ada rintikan air mata yang
tiba-tiba jatuh membasahi pipimu. Ya, seperti yang menulisnya dengan penuh air
mata.
Bukan, aku menulisnya bukan karena ingin kamu tau, betapa
aku merasakan sakit. Aku hanya ingin menyampaikan beberapa kalimat yang mungkin
aku tak pernah mengucapkannya secara langsung kepadamu.
Aku menyayangimu, dengan apa adanya dirimu, sungguh. Apapun yang
terjadi aku tetap menyayangimu. Jika nanti aku pergi mengenggam tangan seorang
pria dan orang itu bukanlah kamu, tetap mengingat. Bahwa aku hanya ingin terus
berjalan ke depan. Aku tau, minim rasanya kepedulian yang kamu punya untuk
seorang aku. Apa arit aku di matamu? Bukan apa-apa bukan juga siapa-siapa. Semuanya
masih terekam jelas di pikiranku. Bagaimana saat malam datang dan kita saling
melihat suasana malam di balkon rumahku. Sungguh, hanya itu yang aku rindukan. Beberapa
kalimat ini, aku menulisnya dengan penuh air mata, penuh dengan kesakitan. Tapi,
aku tau.. semua akan baik-baik saja, aku masih tetap bisa melihatmu disudut
kelas, masih bisa memperhatikan mu dari jarak beberapa meter. Retina kita akan
masih tetap saling bertemu. Walaupun keadaan telah merubah semua ayng pernah
ada. Aku mengerti, aku hanya perlu waktu untuk terbiasa tanpa kebiasaan kita
dulu. Aku hanya butuh waktu untuk diam-diam menghilangkan tentang kamu. Aku hanya
ingin bahagia, melewati semuanya. Tokoh dalam novel… andai saja hari ini kamu
melihat efek dari perpisahan kita. Aku ingin memeluk mu sekali lagi, sebelum semuanya
tau kita telah berubah menajdi aku dan kamu.
Komentar
Posting Komentar