Iya, tidak ada yang lebih menenangkan selain mengetahui kabarmu.
Iya, tidak ada yang lebih menenangkan selain mengetahui
kabarmu.
Iya, setiap hari retina kita memang saling bertemu, bahkan
walau hanya dengan jarak beberapa meter. Aku tahu, aku bisa, aku paham setiap
kali melihat retina mu ada kebahagiaan yang selalu terpancar. Ya, mungkin kamu
bahagia setelah ‘kejadian itu’. aku bisa apa ? hanya memperhatikanmu, pura-pura
menunduk ketika kamu mengajakku berbicara. Agar kamu tak melihat hujan lokal
yang terjadi, agar kamu beropini bahwa aku baik-baik saja. Ya, aku hanya ingin
baik-baik saja, begitu juga hatiku, perasaanku. Namun, ada perasaan sakit yang
memaksa masuk menggorogoti setiap ruang dalam perasaanku. Aku sampai lupa
bagaimana cara tertawa dengan tulus. Aku lupa….
Aku hanya ingin bahagia, apa lagi semenjak ‘kejadian itu’
apa lagi setelah melihat keadaanmu bahwa kamu selalu baik-baik saja. Ada, atau
tidaknya aku di samping mu. Sungguh, ingin rasanya menangis (lagi) tapi aku
sadar, waktu itu, di tempat itu, aku telah berjanji untuk mencoba baik-baik
saja (di depanmu). Aku sedang mencoba menepati semuanya, sungguh. Aku selalu
mencobanya, tokoh dalam novel. Aku tahu semua akan baik-baik saja, aku tahu
semua akan kembali normal. Sebelum kita memanggil sayang satu sama lain. Aku
tahu, aku tahu kamu tokoh dalam novel. Aku tahu ini yang terbaik untuk kita
(mungkin) tapi mengapa sulit melihat air mata mu terjatuh? Mengapa rasanya
hanya aku yang mencoba baik-baik saja atas perpisahan ini. Dimana kamu yang
dulu takut kehilangan ku? Aku ingin memeluk mu, memelukmu dan berada dalam
pelukanmu, terutunduk, lalu menangis, berharap kamu tidak melihatnya.
Komentar
Posting Komentar