Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

ketika hidup terasa tak menyenangkan

Jatuh cinta itu banyak definisinya. Beberapa orang mengatakan bahwa jatuh cinta itu hanya indah di awal lalu sakit di akhir. Manis di awal miris di akhir. Tapi, jika aku boleh jujur jatuh cintalah yang membuat ku semakin dewasa. Semakin mempunyai tingkat dalam kehidupan. Semakin mengerti tentang rasa sakit dan bahagia. Walaupun perlu tenaga ekstra untuk mengatasinya. Tuhan selalu tahu cara untuk membuat umat Nya mengingat keberadaan Nya. Percayalah kita tak pernah sendiri. Pernah seorang Sahabat sastra ku mengatakan  " Hidup ini gak pernah adil sama kamu, jadi sekarang kamu sendiri yang harus cari keadilan itu. Seberapapun sulitnya, teruslah berjalan " Entah itu adalah kalimat motivasi atau apa yang jelas aku membenarkan perkataan itu. Kali ini aku ingin bercerita bukan tentang seorang sahabat sastra, keluarga, atau orang-orang disekitarku. Tapi, ini tentang diriku.  Kamu tahu, belum beberapa hari ini Tuhan mengabulkan doaku. Tentang dia, tentang kami. Tak ada yang is

maaf.

Berotasilah semaumu, aku tak pernah mau peduli. Tapi mohon, jangan lagi menganggu rutinitasku. Jangan lagi ciptakan air mata, aku bosan juga lelah. Terimakasih Tuhan, bulan purnama yang indah. Terimakasih telah mengizinkan ku melihat bulan purnama untuk kesekian kalinya dari sini. Tuhan, betapa aku rindu sosoknya, betapa aku ingin memeluknya dengan hangat. Maaf Tuhan, maaf sekali. Aku masih belum bisa menepati janji ku untuk melupakannya. Sudah,sudah ku coba sebisa mungkin. Membiarkan semuanya berjalan seperti biasa. Semunya aku berhasil. Nyatanya, aku masih terengah menjalani semuanya. Aku percaya, rencana mu lah yang paling indah. Aku manusia biasa, tak bisa ciptakan takdir yang ku mau. Tuhan, hanya minta sedikit diringankan. Segala beban,rasa sakit juga luka yang semakin ku ingat semakin susah pulih. Tuhan, bahagiakan aku layaknya apa yang telah aku perbuat. Rasa sakitnya buat badanku mengigil dalam malam. Langit-langit begitu cerah, walaupun malam datang. Aku selalu mencoba

semoga ini belum terlambat

Semoga ini belum terlambat. Kelihatannya semua sudah cukup banyak berubah. Semenjak saat itu aku dan kamu benar-benar berjarak. Tak ada sapaan selamat pagi di antara kita tak ada tawa-tawa kecil di antara kita. Semuanya berubah, entah kemauan siapa. Aku selalu menyalahkan takdir hingga aku lupa bertanya pada diriku sendiri. "Hal apa yang membuat mu begitu menjauhiku?". Iya...semoga ini belum terlambat. Kita paling suka menghabiskan waktu di cafe favorit kita. Bercerita tentang banyak hal. Padahal, setiap harinya kita punya waktu bersama di kelas. Tapi, entah kenapa kita tetap suka menghabiskan waktu berdua. Kamu adalah pendengar dan pencerita yang baik. Kamu juga suka bercerita tentang keluargamu. Walaupun aku tak pernah mengenal mereka tapi aku merasa dekat dengan mereka. Kita baru berusia lima belas tahun. Kenyatannya lagi, aku dan kamu berbeda. Mungkin, hal itu yang membuat kamu enggan mengenalkan ku dengan mereka. iya, tak ada yang menyenangkan selain melakukan hal k

aku benci, hal ini.

Hari ini, aku bermimpi tentang kamu, juga tentang kita. Mungkin, karena aku terlalu lelah dengan keadaan di sekitarku. Dan mungkin juga karena aku lelah dengan tugas-tugas sekolahku. Maka, bayang-bayangmu datang tiba-tiba lagi. Padahal, yang mereka tau, aku sudah lama lupa tentang kamu juga tentang kita. Aku tak tau harus menyebutnya mimpi buruk atau mimpi indah. Tidak, ini bukan seperti mimpi kejadian barusan seperti kenyataan. Kamu datang tiba-tiba, memeluk ku dengan hangat. Iya! aku bisa rasakan pelukan itu, pelukan yang biasa kamu berikan ketika aku mulai merasakan sakit yang luar biasa. Sayang, mungkin pelukan itu telah iya rasakan sekarang. Disana, ada kamu. Juga ada sahabat-sahabat kita. Menyaksikan air mata yang keluar dari indramu. Mereka melihat mu memeluk ku. Hal itu nyata! nyata! barusan, aku bukan saja sedang bermimpi! Takdir...ayolah, bersahabat dengan ku. Buat aku bahagia. Paling tidak seimbang. Ketika dia sudah melupakan ku seperti saat ini. Buatlah kami seimbang

Aku rindu kotak makan siangmu

Kalau boleh jujur. Aku benci tentang perasaan ku yang masih sengaja ku simpan rapat-rapat untukmu. Jika saja aku terlahir dengan keadaan yang bisa aku pilih sendiri. Aku benci harus jujur soal ini.  Tentang perasaan ku, juga tentang kenangan-kenangan yang masih ku simpan. Apa yang aku lupa? Burung origami? Kotak makan siang kita? Semuanya, satupun tak pernah ada yang aku lupakan. Beginalah caraku kini agar kamu tak terganggu dengan perasaanku. Memperhatikan mu dari sini, berharap kamu melihatku lagi. Walaupun mustahil. Jujur, aku benci dengan perasaan ku sendiri. Setiap saatnya selalu berharap kamu kembali.  Makan siang bersamamu, menikmati pelajaran hingga selesai.  Membosankan memang tapi apapun yang aku lakukan bersamamu walaupun berulang kali semuanya tetap terasa menyenangkan. Kamu pasti bertanya tentang banyak hal. Kenapa aku masih saja mebicarakan tentang dirimu dalam kosa kataku. Kadang, aku juga bingung sendiri. Kenapa kamu dan kenangan kita masih te

Bagaimana kabarmu?

Bagaimana kabarmu? sedang musim apa di kotamu?  penghujan kah? jika benar, berarti sama dengan disini. Di kotaku. Sudah hampir sepekan ini, rintikan hujan membasahi tanah Jogja. Rintikan inilah yang menemani ku disetiap saat aku mengenangmu, seperti saat ini.  Memang,memang aku sudah berjanji untuk lupa. lupa tentang kamu, juga tentang kita. tapi, bagaimana mungkin aku melupakan hal yang tak pernah ingin aku lupakan? Hay! kali ini, hujan turun lebih deras. Bersamaan dengan suara petir yang tak pernah ku suka.  Apa kmu masih ingat. Waktu itu malam datang pada bumi, lalu kita pergi keliling kota. Menikmati keindahan kota Denpasar. Tiba-tiba suara petir memekikan telinga kita. Beruntung saja waktu itu kita berada di dalam mobil mungil mu. Kamu ingat  bagaimana wajah ketakutan ku waktu itu? aku sama sekali tak suka petir, aku benci petir. Jika berbicara tentang dulu, pasti berbicara tentang masa lalu. Jika boleh, aku ingin sekali mengulang masa lalu. Masa lalu bersama kamu. Semuan

Salam rindu, Galuh.

"Kamu boleh nangis dalam seharinya cuman tujuh menit. Setelah tujuh menit itu berlalu. Kamu harus menjadi Clara yang ceria. Kamu harus janji ! Hal ini boleh berlanjut hanya dalam waktu tujuh hari. setelah tujuh hari tujuh menit mu habis. Kamu harus menjadi Clara yang 'selalu' ceria." Hay, harus dari mana aku mulai bercerita? Tentang sekolahku kah? atau tentang keadaan hati ku? Kamu pasti banyak ketinggalan kabar tentang ku. Kamu pasti tak tahu, bahwa sekarang pipi tembem ku sudah mengepis. Kamu juga pasti tak tahu, sekarang tinggi ku hampir sama dengan kak Chika. Kakak sepupuku yang selalu kita ajak jalan-jalan mengelilingi setiap sudut kota.   Tapi, apa yang tak pernah aku tahu tentang mu? Tentang kamu menjadi juara kelas tahun ini. Tentang liburan mu ke Jogja bulan lalu dan tentu saja tentang wanita itu. Aku tahu semuanya, jangan tanya aku tahu dari mana. Banyak yang terjadi setelah perpisahan kita. Mulai retaknya hubungan ayah dan bundaku. Lalu perceraia

bulan purnama dan bintang malam.

Apa yang lebih tulus selain diam-diam memperhatikan mu dari sudut sini? Sudut yang sama sekali tak pernah kau raba,bahkan tak pernah kau lihat. Aku lebih suka menyiksa diri ku sendiri. Menyiksa diriku dengan rasa sakit yang ada, dengan kebiasaan ku setiap malam. Menangis,aku sengaja melakukannya agar terasa ringan,agar besok pagi disaat mataku mulai terbuka aku melihat dunia seakan indah dan selalu berpihak padaku. Walaupun tanpa kamu lagi. Aku lebih memilih menghabiskan malam dengan melihat bintang dari balkon kamarku, melihat bulan purnama. Lalu...diam-diam menciptakan hujan lokal dari pelupuk mata. Apa ada yang lebih tulus dari seseorang yang rasa sayangnya sengaja dia simpan? Hanya untuk kebahagaiaan sosok masa lalunya?. Bukan..kamu bukan masa laluku, dan aku juga bukan masa lalumu, bukan...                 Kenyataan yang ada, air mata selalu jadi teman yang paling setia saat bulan punama tiba. Bukan kamu lagi,bukan. Aku tak pernah tau keberadaan mu lagi apa lagi kabarmu.

sebulan,tanpa kamu.

Entah, ini malam minggu yang keberapa kali aku lewati tanpa kebersamaan kita. Biasanya, hampir setiap malam minggu. Kita selalu punya cara untuk menghabiskannya berdua. Pergi mengantar tiket bazzar, pergi ke rumah teman, atau pergi kemanapun, yang jelas malam minggu bersama mu selalu terasa berlalu sangat cepat. Aku selalu mendengarkan kabarmu dari mereka. Mereka bilang sekarang kamu sedang dekat dengan seseorang. Benar? Bagaimana?   merasa nyaman? Apa dia memeluk mu juga disaat kamu merasa sekarat? Apa dia nekat pergi ke rumah mu di tengah malam hanya untuk menyampaikan kata maaf? Apa kamu menghabiskan malam minggu bersamanya di tengah-engah rintikan hujan di kota kita? Apa kamu juga memberinya kejutan kecil yang selalu kamu ciptakan? Apa kamu juga melakukan setiap hal yang sering kita lakukan bersama? bagaimana dengan sifatnya? Apakah dia baik? Manja seperti ku?. Ingin rasanya berbicara langsung dengan mu, melihat matamu yang selalu sendu, selalu ada ketenangan di sana. Mel