cukup, ini yang terakhir.
Hari-hari masih berjalan seperti
biasa, aku masih terbangun setiap paginya dengan penuh rasa syukur. Andai aku
tak punya kalian, mungkin saat ini aku tak setegar ini.
Sapaan
apa lagi? Teguran apa lagi yang harus membangunkan ku dari mimpi-mimpi indahku?
Tuhan, belum cukupkah dengan kebahagiaan sementara yang pernah ada selama ini? Kebahagiaan-kebahagiaan
yang tercipta, rasa sakit dan kecewa kini meleburkan dirinya menjadi satu,
malam itu tepat pukul sembilan malam waktu Bali. Masih dengan gitar yang aku
mainkan, dengan sengaja aku lancang membacanya. Tuhan… apa ini, apa lagi yang
harus aku ketahui,apa lagi yang harus aku tangisi sekarang. Semu, semuanya
selalu hanya sementara. Seorang pria menangis di hadapanmu, apa yang kamu
fikirkan setelah itu? dian menangis karena benar-benar mencintaimu? seorang
pria yang takut kehilanganmu menghapus air matamu, lalu memberikan ketenangan
yang selalu dia berikan padamu pada malam-malam biasanya. Tidak… malam itu
bukan malam yang biasa bagiku, bagi kami. Malam itu malam sumber sakit yang
mulai keluar menggerogoti kami. Bukan kami,tapi
aku. Hanya aku. Apa namanya??? Aku lupa.
Patah hati? putus hubungan? Terserah… aku muak.
Hubungan
apa yang selama ini kita jalani? Pacaran? Persahabatan tapi dengan takaran
kasih sayang yang berlebihan? Atau apa ? aku ini siapa? Aku ini apa? Apa makna
ku di matamu, apa yang kamu fikirkan ketika gampangnya membuatku jatuh,
membuatku bangkit, lalu membuatku terluka,lalu mengobatinya lagi dan lalu kamu
buat aku sekarat. Tuhan, Tuhan.. harusnya aku tak pernah percaya dengan
kata-katanya, harusnya aku lebih dengar mereka, harusnya aku lebih percaya
kesempatan hanya boleh diberikan sekali lalu selanjutnya, pasti akan dibuat
kecewa lagi. Tuhan,Tuhan… duduk disini,tetaplah disni bersamaku, aku rindu kau
dengarkan ceritaku. Diam…diam disni Tuhan aku mohon, buat aku terlihat kuat. Jujur,aku
takut dengan sakit ini. Aku tak ingin membenci siapapun.
enis sakit
macam apa lagi ini, dulu aku boleh membiarkan mu pergi semaumu, karena kita tak
pernah benar-benar punya hubungan yang special. Namun, ketika kamu selalu
berikan tangan untuk menghapus tangisan yang ada, dan aku yang selalu mencoba
berikan pelukan yang kau mau. Bagaimana mungkin aku hanya terlihat biasa ketika
semuanya berubah? Ketika awalnya aku kira aku yang menghancurkan semuanya,
bagaimana mungkin aku terlihat biasa saja. Bukan ini yang ku mau, bukan ini
yang aku pernah panjatkan pada Tuhan. Kamu, menghilang,selalu begitu. Seperti
beberapa bulan yang lalu. Kamu hadir tiba-tiba, kita tutup masa-masa putih biru
kita bersama, kamu buat aku melambung tinggi, kamu titipkan salam sayang
untukku pada sahabat-sahabatku. Itu apa? Apa kamu terlalu biasa melakukannya
dengan yang lain? Apa kamu terbiasa membuat seseorang melambung lalu jatuh
kesakitan?
Pantas saja,
pantasa saja banyak yang belum bisa mengaggap mu masa lalu, mantan-mantanmu. Mulutmu
terlalu manis,terlalu banyak action yang kamu lakukan untuk kami, terlalu
banyak pembuktian-pembuktian palsu yang pernah ada. Seperti air mata waktu itu,
iya? Kamu melakukan acting mu dengan sempurna, sampai banyak orang
menangisimu,sampai banyak air mata yang dapat kamu kumpulkan. Banggakah kamu
sayang? Harusnya kamu tak pernah mengulangnya lagi, harusnya cukup saat itu
kamu menyakiti perasaanku. Tidak dengan sekarang, tidak dengan perlakuan yang
berbeda dan rasa sakit yang jauh lebih menyakitkan. Semoga kamu bahagia,dengan
jalan pulang yang kau pilih sendiri. Entah benar atau salah,Tuhan yang tentukan
nanti. Selamat tinggal. Aku lupa tentang
kita.
Komentar
Posting Komentar